Analisis Rantai Nilai Cabai Di Sentra Produksi Kabupaten Majalengka Jawa Barat

Nur Setiawati, Sutrisno Sutrisno, Y Aris Purwanto

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengidentifikasi rantai nilai cabai di Kabupaten Majalengka, 2) menganalisis rantai nilai yang dilakukan para pelaku dan distribusi nilai tambah diantara para pelaku tersebut di Kabupaten Majalengka dan 3) menghitung nilai tambah yang dihasilkan pengolahan cabai menjadi produk turunannya di Kabupaten Majalengka. Metode penelitian menggunakan analisis nilai tambah dan R/C rasio. Responden penelitian adalah 75 petani cabai dari kecamatan terpilih sentra pertanaman cabai di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat yaitu 15 petani di Ligung, Banjaran, Cikijing, Talaga, dan Argapura. Adapun rincian dari pedagang pengumpul adalah 2 pengumpul kecil dari Kecamatan Argapura, 2 pengumpul besar Kecamatan Argapura, Kecamatan Banjaran, Kecamatan Ligung, 1 Koperasi dari Kecamatan Argapura dan Kecamatan Banjaran, 1 Bank dari Kecamatan Argapura, serta industri 1 dari Kecamatan Banjaran sedangkan pasar induk yang merupakan tujuan dari cabai berada di Kota Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasca panen cabai di Kabupaten Majalengka umumnya dilakukan secara manual oleh petani. Para petani menjual cabai mereka untuk skala kecil kolektor, skala besar kolektor atau mereka menjual langsung ke pasar lokal dan pasar grosir. Petani cabai di Majalengka belum dalam kemitraan dengan industri skala besar tetapi mereka telah berkumpul dalam bentuk kelompok tani dan koperasi. Kecil kolektor biasanya datang langsung ke petani untuk membeli cabai secara tunai. Tujuan dari rantai pasokan cabai di Majalengka tidak hanya pasar tradisional lokal atau pasar grosir lokal, tetapi juga pasar grosir nasional seperti Kramatjati (Jakarta), Caringin (Bandung), dan supermarket. Para aktor dalam rantai pasokan adalah petani, skala kecil kolektor, skala besar kolektor, pedagang di pasar antar-pulau, pedagang di pasar grosir, pedagang pasar tradisional setempat, dan koperasi. Biaya total produksi cabai besar adalah Rp 75.000.000 per hektar, sementara, cayenne cabai adalah Rp 70.000.000 per hektar. Rasio R / C adalah 1,33 untuk besar dan cabai rawit 1,71 untuk cabai sebagai nilai tambah cabai.

Keywords

pengolahan pascapanen; nilai tambah; rantai nilai

Full Text:

PDF

References

Agus S, 2011. Teknologi dan Penrkembangan Agribisnis Cabai di Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo. Jurnal Litbang Pertanian,Vol 30(2).55-62.

Abad, P.l., 2010. Optimal Lot Size for A Perisable Good under Condition of Finite Production and Partical Backordering and Lost Sale. Computers & Industrial Engineering, Vol (10) 38:457-465

Darmawati, D.P., 2014. QM/QS Analisis Kuantitatif untuk Manajemen. Jurusan Sosial Ekonomki Development. Australian Journal Tecnology, Vol. 12(1):1-8

Devi A. 2017. Struktur Rantai Pasok (Supply Chain), kelembagaan dan klaster industri Komoditas Cabai:Sebuah Tinjauan Literatur.Jurnal AGRIPITA.Vol1(1):21-30.

Ditjen Hortikultura, 2019. Direktorat Jenderal Hortikultura (2008). Upaya pengembangan Kawasan Buah.Kalpakhan & Shanti (2016). A. Continous Review. Perisable System With .

Kurniawan, R. D, Suwandari , A. Ridjal, J. A. 2014. Analisis Rantai Pasokan (Supply Chain) Komoditas Cabai Merah Di Kabupaten Jember. Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Jember. Jurnal Berkala Ilmiah Pertanian. Vol(9)1:38-51.

Lilis, S . T. M,2016. Analisis Rantai Pasokan (Suppy Chain) Komoditas Cabai Rawit Di Kelurahan Kumelembuai Kota Tomohon. Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Sam Ratulangi Manado. Jurnal Emba. Vol(4)2: 613-621.

Robertus A.Ana A.S.Said M, 2019. Analisis Rantai Pasok Komoditas Cabai Rawit Dusun Sapiturang Desa Bocek Kabupaten Malang. Jurnal Emba,vol 7(2):26-40.

Mehta, NJ., and N.H. Shah, 2013. An inventory Model for Deteriorating items with Exponentially Increasing Demand Shortage under Inflation and Time Discounting. Investigacao Operational, Vol (7) 23:103-11.

Mokh.Rum, 2012. Analisis Marjin Pemasaran dan Sensivitas Cabai Besar di Kabupaten Malang. Jurnal Embryo, Vol(8)2:0216-0188.

Morgan, W., S. Iwantoro, and A.S. Lestari., 2014. Improving Indoneisa Vegetable Supply Chains. Didalam: GI Johnson dan PJ Hofman, editor. Agri-product Supply Chain Management in Developing Cuntries Proceeding of a Worshop: Bali, Vol19(22):139-141.

Muh.T. 2010. Analisis pendapatan usaha tani dan penanganan pasca panen cabai merah. Jurnal litbang pertanian. Vol 30(2): 66-71.

Purwanto, 2012 : The Theory Of Copnstrainst Within A value Chain anlysis Approach. From : www. Mic.org.uk/forum/phasetwo/Retrieved April 2013.

Saptana, Cjairul M, 2018. Manajemen Rantai pasok Komoditas Cabai Pada Agroekosistem Lahan Kering Di Jawa Timur. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian. Vol (16)1:19-41.

Saptanam, A. Daryanto, H.K. Daryanto dan Kuntjoro., 2010. Startegi manajemen Resiko Petani Cabai Merah pada Lahan Sawah Dataran rendah di Jawa Tengah, Jurnal Manajemen dan Agribisnis, vol.7(2)23-27.

Vorst, J.G.A.J. van der, S.J.van Dijk, and A.J.M. Beulens, 2010. Leagile Supply Chain Design in Food Industry: An infexible Poulry Supply Chain High Demand Uncertainly. Int.J Logistic Management. Vol (3):12:73-85.

Widyarto A. 2012. Peran supply chain management dalam sistem produksi dan operasi perusahaan. BENEFIT J Manaj dan Bisnis (16):91-98.

Zaenal A, 2018. Analisis Rantai Pasok Cabe di Kota Kendari Supply Chanin Analysis of Chili in Kendary City. Jurnal Mega Aktiva. Vol7(1):20-29.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.