Pilar-Pilar Kerukunan Beragama di Sulawesi Utara

Nasruddin Yusuf(1), Faradila Hasan(2),


(1) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado, Sulawesi Utara
(2) Scopus ID: 57202442583, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado, Sulawesi Utara
Corresponding Author

Abstract


This article discusses the pillars that are at the root of maintaining harmony among religious communities in North Sulawesi Province. When in several cities in Indonesia riots and conflicts occurred only in the City of Manado (North Sulawesi Province) there were no riots and conflicts, whereas when viewed from demographic status that is similar to cities that occurred riots, Manado City has the potential for conflict. However, there are three pillars that make conflict and riots not occur, although it cannot be denied that there are always events that are related to the issue of SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan; Stands for Ethnic, Religion, Race and Intergroups) that can be the cause of riots in North Sulawesi Province. However, it can always be handled well so that riots and conflicts do not occur. The method used in this study is a qualitative method using anthropological and sociological approaches. The three pillars are the pillar of culture, pillar of religious leaders and the choice of government. The first pillar is culture to be one of the pillars of harmony in North Sulawesi Province because of the existence of mapalus culture. The second pillar, namely religious leaders, becomes a mobilizer in the community and plays a role in calling for sovereignty. The third breakdown is the government in which the government takes an important role by collaborating with religious leaders to safeguard harmony in North Sulawesi Province.


Artikel ini membahas mengenai pilar-pilar yang menjadi akar dari terjaganya kerukunan antar umat beragama di Provinsi Sulawesi Utara. Ketika di beberapa kota di Indonesia terjadi kerusuhan dan konflik hanya di Kota Manado  (Provinsi Sulawesi Utara) tidak terjadi kerusuhan dan konflik, padahal jika dilihat dari status demografi yang mirip dengan kota-kota yang terjadi kerusuhan, Kota Manado berpotensi untuk terjadi konflik. Namun terdapat tiga pilar yang membuat konflik dan kerusuhan tidak terjadi meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa selalu saja muncul kejadian yang berkaitan dengan isu sara yang dapat menjadi pemantik kerusuhan di Provinsi Sulawesi Utara. Akantetapi, selalu saja dapat diatasi dengan baik sehingga tidak terjadi kerusuhan dan konflik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan metode pendekatan antropologis dan sosiologis. Tiga pilar tersebut yaitu pilar budaya, pilar tokoh agama dan pilar pemerintah. Pilar pertama yaitu kebudayaan menjadi salah satu penopang kerukunan di Provinsi Sulawesi Utara karena adanya budaya “mapalus”. Pilar kedua yaitu tokoh agama menjadi penggerak disalam masyarakat dan berperan dalam menyerukan kedaiman. Pilar ketiga yaitu pemerintahan dimana pemerintah mengambil peran penting dengan bekerjasama dengan tokoh agama untuk menjaaga kerukuanan di Provinsi Sulawesi Utara.


Keywords


culture; government; harmony; religious leaders; three pillars

References


Affandi, N. (2012). Harmoni dalam Keragaman (sebuah analisis tentang konstruksi perdamaian antar umat beragama. LENTERA, 14(1 JUNI).

Aslati, A. (2014). Optimalisasi Peran Fkub dalam Menciptakan Toleransi Beragama di Kota Pekanbaru. TOLERANSI: Media Ilmiah Komunikasi Umat Beragama, 6(2), 188–199.

Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI. (2018). Laporan Kinerja Badan Litbang dan Diklat Tahun 2018| 1. moz-extension://c1228786-3a5c-4566-a370-0afc1f1242c3/enhanced-reader.html?openApp&pdf=https%3A%2F%2Fbalitbangdiklat.kemenag.go.id%2Fupload%2Ffiles%2FLKj_BALITBANG_DIKLAT_2018_-_final.pdf

Badan Pusat Statisik Provinsi Sulawesi Utara. (2018). Jumlah Penduduk menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara 2000 -2018. Badan Pusat Statisik Provinsi Sulawesi Utara. https://sulut.bps.go.id/dynamictable/2018/01/18/180/jumlah-penduduk-menurut-kabupaten-kota-di-provinsi-sulawesi-utara-2000--2018.html

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Komisi VII. (2018). Sulut Raih Nilai Indeks Kerukunan Umat Beragama Tertinggi. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Komisi VII . http://www.dpr.go.id/berita/detail/id/23347/t/Sulut+Raih+Nilai+Indeks+Kerukunan+Umat+Beragama+Tertinggi

Hasan, F., Bukido, R., Wekke, I. S., & Mantu, R. (2018). Tolerance Attitude among Religious People in Marine Envronment: Case Study of Mosque of Ex-Kampong Texas. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 156(1). https://doi.org/10.1088/1755-1315/156/1/012046

Kamisa, D. (1997). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya, Kartika.

Khoiruddin, M. A. (2014). Pendekatan Sosiologi Dalam Studi Islam. Jurnal Pemikiran Keislaman, 25(2), 348–361. https://doi.org/10.33367/tribakti.v25i2.191

Ma’mur, A. J. (2012). Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja di Sekolah. Buku Biru.

Mahyudi, D. (2016). Pendekatan Antropologi dan Sosiologi dalam Studi Islam. Ihya Al-Arabiyah: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Arab, 2(2).

Rizqi, M. (2015). Peran Tokoh Agama dalam Membina Akhlakul Karimah Ibu-Ibu Buruh Tani Umur 30-50 Tahun di Desa Karangkerta Kecamatan Tukdana Kabuoaten Indramayu (Skripsi). IAIN Syekh Nurjati Cerbon.

Ruhana, A. S. (2015). Merawat Damai dari Bawah untuk Keserasian Sosial: Peran Kelompok Keagamaan dan Lokal dalam Pemeliharaan Kerukunan Beragama di Minahasa Utara. Sosio Konsepsia, 4(3), 219–236.

Rusydi, I., & Zolehah, S. (2018). Makna Kerukunan Antar Umat Beragama Dalam Konteks Keislaman Dan Keindonesian. Al-Afkar, Journal For Islamic Studies, 1(1, January), 170–181.

Sari, W. P. (2018). Studi Pertukaran Sosial dan Peran Nilai Agama Dalam Menjaga Kerukunan Antar Kelompok Umat Beragama di Manado. Profetik: Jurnal Komunikasi, 11(1), 96–105.

Soekanto, S., & Sulistyowati, B. (2012). Sosiologi: Suatu Pengantar. Rajawali Pers.

Statistics Indonesia. (2010). Nationality, ethnicity, religion, and daily language of Indonesian population. https://media.neliti.com/media/publications/49956-ID-kewarganegaraan-suku-bangsa-agama-dan-bahasa-sehari-hari-penduduk-indonesia.pdf

Sulistiowati, R. (2014). Implementasi Desentralisasi dan Otonomi Daerah pada Daerah Otonomi Baru (DOB). Sosiohumaniora, 16(3), 270–282.


Full Text: PDF

Article Metrics

Abstract View : 588 times
PDF Download : 102 times

DOI: 10.32662/gjgops.v3i2.1116

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.